Pengaruh tumpangsari cabai dan tomat terhadap perkembangan hama utama dan hasil cabai (Capsicum annuum L.)


Neni Gunaeni(1*), Astri W Wulandari(2), Redy Gaswanto(3)

(1) Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Indonesia
(2) ,  
(3) ,  
(*) Corresponding Author

Abstract


Tumpangsari cabai dan tomat merupakan salah satu sistem kultur teknis dalam pengendalian hama terpadu. Tujuan penelitian untuk mendapatkan sistem penanaman cabai yang paling tepat dalam menekan perkembangan hama utama dan meningkatkan hasil cabai. Penelitian dilakukan di Balitsa. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Desember 2018, metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok diulang empat kali dengan perlakuan: (A). Cabai dan tomat ditanam bersamaan (B). Tomat ditanam satu minggu setelah cabai (C). Tomat ditanam dua minggu setelah cabai (D). Tomat ditanam tiga minggu setelah cabai (E). Cabai ditanam monokroping tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak (F). Cabai monokroping dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak. Hasil penelitian: Tumpangsari cabai dan tomat berpengaruh baik dalam menekan populasi kutu daun 14,65%-48,91%, kutu kebul 18,30%-27,16%, trips 11%-41,44%, dan dapat meningkatkan hasil cabai 90%-127% dibandingkan cabai monokroping dan 10%-31% cabai monokroping dengan mulsa plastik hitam perak. Implikasi dari hasil penelitian sistem tanam tumpangsari cabai dan tomat dapat menghambat perkembangan populasi hama utama cabai karena dapat bersifat sebagai barrier dan repellen. Perlakuan terbaik adalah tomat ditanam 1 dan 2 minggu setelah cabai.

ABSTRACT

Chilli and tomatoes intercropping is a technical culture system in integrated pest control. The study aimed to find the most appropriate chilli planting system to suppress the development of major pests and increase chilli yields. The research was conducted at the IVEGRI. The study was conducted from April to December 2018, and the experimental method using an RBD was repeated four times. Treatments: (A). Chilli and tomato planted together (B). Tomatoes were planted one week after chilli (C). Tomatoes are planted two weeks after chilli (D). Tomatoes are planted three weeks after chilli. (E). The chilli was grown monocrop without silver black mulch (F). Chilli was grown monocrop with silver black mulch. The results: Chilli and tomato intercropping had a good effect on suppressing aphids population 14,65%-48,91%, white flying 18,30%-27,16%, trips 11%-41,44%, and could increase chilli yields 90%-127% compared to monocropped chilli and 10%-31% monocropped chilli with silver black mulch. The implications of the research results on chilli and tomato intercropping systems can inhibit the development of the main pest population of chilli because they act as a barrier and repellant. The best treatment is tomato planted 1 and 2 weeks after chilli.

 

Tumpangsari cabai dan tomat merupakan salah satu sistem kultur teknis dalam pengendalian hama terpadu. Tujuan penelitian untuk mendapatkan sistem penanaman cabai yang paling tepat dalam menekan perkembangan hama utama dan meningkatkan hasil cabai. Penelitian dilakukan di Balitsa. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Desember 2018, metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok diulang empat kali dengan perlakuan: (A). Cabai dan tomat ditanam bersamaan (B). Tomat ditanam satu minggu setelah cabai (C). Tomat ditanam dua minggu setelah cabai (D). Tomat ditanam tiga minggu setelah cabai (E). Cabai ditanam monokroping tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak (F). Cabai monokroping dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak. Hasil penelitian: Tumpangsari cabai dan tomat berpengaruh baik dalam menekan populasi kutu daun 14,65%-48,91%, kutu kebul 18,30%-27,16%, trips 11%-41,44%, dan dapat meningkatkan hasil cabai 90%-127% dibandingkan cabai monokroping dan 10%-31% cabai monokroping dengan mulsa plastik hitam perak. Implikasi dari hasil penelitian sistem tanam tumpangsari cabai dan tomat dapat menghambat perkembangan populasi hama utama cabai karena dapat bersifat sebagai barrier dan repellen. Perlakuan terbaik adalah tomat ditanam 1 dan 2 minggu setelah cabai.


Keywords


Cabai (Capsicum annuum L.), Hama Utama, Tumpangsari

Full Text:

PDF

References


Anggraini, K., Yuliadhi, K. A., & Widianingsih, D. (2018). Pengaruh populasi kutu daun pada tanaman cabai besar (Capsicum Annuum L.) terhadap hasil panen. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 7(1), 113–121.

Annisa, khaira S., Azlina, H., Yohannes, G. C., & Hidayat, K. F. (2014). Pengaruh Pemakaian mulsa plastik hitam perak dan aplikasi dosis zeolit pada pertumbuhan dan hasil tanaman radish (Raphanus satufus L.). Jurnal Agrotek Tropika, 2(1), 30–35.

Arsi, A., & Akbar, A. R. (2021). Pengaruh Kultur Teknis terhadap serangan hama spodoptera litura pada tanaman kubis (Brassica oleracea) di Desa Kerinjing Kecamatan Dempo Utara Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Planta Simbiosa, 3(1), 1–10.

Gunaeni, N., & Wulandari, A. W. (2010). Cara pengendalian nonkimiawi terhadap serangga vektor kutu daun dan intensitas serangan penyakit virus mosaik pada tanaman cabai merah. Jurnal Hortikultura, 20(4), 368-376., 20(4), 368–376.

Gunaeni, N., Wulandari, A. W., & Guswanto, R. (2020). Pengaruh tumpangsari cabai merah (Capsicum annuum L.) dan sayuran daun terhadap gejala penyakit virus kuning keriting di dataran tinggi. Inovasi Masa Kini Dan Tantangan Masa Depan Perlindungan Tanaman, 94–101.

Hasyim, A., Setiawati, W., & Liferdi, L. (2015). Inovasi teknologi pengendalian OPT Ramah lingkungan pada cabai : upaya alternatif menuju ekosistem harmonis. Pengembangan Inovasi Pertanian, 8(1), 1–10.

Herlina, N., Hariyono, D., & Margawati, D. T. (2017). Pengaruh waktu tanam kubis (Brassica oleraceae L. var capitata) dan cabai (Capsicum annuum L.) terhadap efisiensi penggunaan lahan pada system tumpangsari. Jurnal Hortikultura, 8(2), 111–119.

Hutasoit, R. T., Triwidodo, He., & Anwar, R. (2017). Biologi dan statistik demografi Thrips parvispinus Karny (Thysanoptera: Thripidae) pada tanaman cabai (Capsicum annuum Linnaeus). Jurnal Entomologi Indonesia, 14(3), 107–116.

Karo, B. B., Marpaung, A. E., & Musaddad, D. (2018). Sistem tanam tumpangsari cabai merah dengan kentang, bawang merah, dan buncis tegak. Jurnal Hortikultura, 28(2), 219–228.

Kolvanagh, J., & Hokati, B. (2012). Effect of different intercropping patterns on shoot part of dill and fenugreek. International Journal Plant, Animal and Environmental Sciences, 2(2), 115–120.

Kommula, S. K. R. G., & Undrajavarapu, P. K. K. (2017). Effect of various factors (temperature, pH and light intensity) on growth of Colletotrichum capsici isolated from infected chilli. International Journal Pure App. Biosci, 5(6), 535–543.

Kruger, K. (2001). Whitefly Control : The use of intercropping with different tomato cultivars. Plant Protection, 58, 7-8., 58, 58–78.

Machenahalli, S., Nargund, V. B., & Patil, S. (2014). Quick detection and diagnosis of chilli fruit rot pathogens. International Journal of Plant Research, 27(3), 1–5.

Merta, I. N. M., Darmiati, N. N., & Supartha, I. W. (2017). Perkembangan populasi dan serangan thrips parvispinus karny (Thysanoptera: Thripidae) pada fenologi tanaman cabai besar di tiga ketinggian tempat di Bali. Jurnal Agroekoteknologi Tropika2, 6(4), 414-422.

Mira, M., Setyaningrum, E., Pratami, G. D., & Kanedi, M. (2020). Efectivitas ekstrak daun tomat (Solanum lycopersicum L.) sebagai ovisida nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 7(1), 368–374.

Mitiku, A., Chala, A., & Beyene, Y. (2013). The effect of intercropping of pepper with maize and sweet potato on infection of pepper (Capsicum annum L.) by Potyvirus and yield of pepper in Southern Ethiopia. International Journal Tech. Enhancements & Emerging Engineering Research, 1(4), 68–73.

Mitiku, A., Chala, A., & Beyene, Y. (2014). Effect of intercropping of aphid vectors and yield of pepper (Capsicum annuum L.) in the southern part of Ethiopia. International Journal of Technology Enhancement and Emerging Res, 2(6), 28-35.

Moekasan, T. K. (2018). Pengaruh tanaman aromatik dalam sistem tanaman tumpangsari dengan cabai merah terhadap serangan trips dan kutu daun. Jurnal Hortikultura, 28(1), 87-96.

Narendra, A. A. G. A., Phabiola, T. A., & Yuliadhi, K. A. (2017). Hubungan antara populasi kutu kebul (Bemisia tabaci) (Gennadius) ( Hemiptera : Aleyrodidae) dengan insiden penyakit Kuning pada tanaman tomat (Solanum Lycopersicum Mill.) di Dusun Marga Tengah, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Bali. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 6(3), 339–348.

Parolin, P., Bresch, C., Desneux, N., Brun, R., Bout, A., Boll, R., &

Poncet, C. (2012). The secondary plant used in biological control: a review. Int. Jurnal Pest Management, 58, 91-100.

Patty, J. A. (2012). Peran tanaman aromatic dalam menekan perkembangan hama Spodoptera litura pada tanaman kubis. Jurnal Agrologia, 1(2), 126-133.

Poelman, E. H., Dam, N. M. van, Joop, H., J.A, L., Vet, E. M. L., &

Dicke, M. (2009). Chemical diversity in Brassica oleracea affects the biodiversity of insect herbivores. Ecology, 90, 1863-1877.

Pramudyani, L., Qomariah, R., & Yassin, M. (2014). Tumpangsari tanaman cabai merah dengan bawang daun menuju pertanian ramah lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik, 469–476.

Radwan, H. M., El-Missiry, M. M., Al-Said, W. M., Ismail, A. S.,

Shaffek, A., & Seif-El-Nasr. (2007). Investigation of the glucosinolates of Lipidium sativum growing in Egypt and their biological activity. Research Journal. Medicine Medical Sci, 2(2), 127-132.

Rante, C. S., & Manengkey, G. S. J. (2017). Preferensi hama thrips sp. (Thysanoptera: Thripidae) terhadap perangkap berwarna pada tanaman cabai. Eugenia, 23(1), 113 – 119.

Sastrodihardjo, S. (1994). Evaluasi Fisiologis Senyawa Bioaktif Penghambat Pertumbuhan Populasi serangga.

Satriyono. (2010). Antraknos atau Patek pada tanaman cabai. In http : cabeputih.wordpress. Com/2010/10/14/antraknosa-atau patek-pada-tanaman-cabai/.

Saxena, A., Raghuwanshi, R., Gupta, V. K., & Singh, H. B. (2016). Chilli anthracnose : the epidemiology and management Chilli anthracnose : The epidemiology and management. Frontiers in Microbiology, 7, 1–18.

Setiawati, W., Gunaeni, N., Subhan, & Muharam, A. (2011). Pengaruh pemupukan dan tumpangsari antara tomat dan penyakit virus kuning pada tanaman tomat. Jurnal Hortikultura, 21(2), 21(2), 135–144.

Setiawati, W., Muharam, A., Susanto, A., Boes, E., & Hudayya, A. (2018). Penarapan teknologi input luar rendah pada budidaya cabai merah untuk mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida sintetik. Jurnal Hortikultura, 28(1), 113–122.

Setiawati, W., Sumarni, N., Koesandriani, Y., Hasyim, A., Uhan, T. S., & Sutarya, R. (2013). Penerapan teknologi pengendalian hama terpadu pada tanaman cabai merah untuk mitigasi dampak perubahan iklim. Jurnal Hortikultura, 23(2), 174–183.

Susanto, A., Natawigena, W. D., Puspasari, L. T., & Atami, N. I. N. (2018). Pengaruh Penambahan beberapa esens buah pada perangkap metil eugenol terhadap ketertarikan lalat buah bactrocera dorsalis kompleks pada pertanaman mangga di Desa Pasirmuncang, Majalengka. Jurnal Perlindungan Tanaman_Indonesia, 22(2), 150–159.

Undie, U., Uwah, D., & Attoe, E. (2012). Effect of intercropping and crop management on yield and productivity of late-season maize/soybean mixture in the humid environment of South Southern Nigeria. Jurnal Agricultural. Science, 4(4), 37–50.

Utama, K. D., Bagus, I. G. N., Siad, I. K., Nyana, I. D. N., & Suastika, G. (2011). Pengaruh penggunaan mulsa plastik terhadap kelimpahan serangga myzus persicae pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 4(1), 115–126.

Warman, G. R., & Riajeng, K. (2018). Mengkaji sistem tanam tumpangsari tanaman semusim. Proceeding Biology Education Conference, 791–794.




DOI: https://doi.org/10.15575/16028

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons Licence

Jurnal Agro (J. Agro: ISSN 2407-7933) by http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ja/index is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.