Fenomena Munculnya Militan Buddhis di Myanmar dan Sri Lanka
DOI:
https://doi.org/10.15575/jis.v3i1.24386Keywords:
etno-religius, Islamophobia, kepentingan kelompok, legitimasi gerakan, konflik agamaAbstract
Selama lebih dari 2500 tahun, agama Buddha dikenal sebagai agama tanpa kekerasan. Namun fenomena di era modern, di Myanmar dan Sri Lanka muncul gerakan nasionalisme yang menonjolkan identitas perbedaan etnis dan agama (etno-religious). Gerakan itu telah meningkatkan konflik yang mengakibatkan diskriminasi dan tindakan kekerasan terhadap etnis minoritas. Dalam artikel ini dibahas mengenai fenomena munculnya gerakan militan Buddhis di Myanmar dan Sri Lanka. Metode yang digunakan dalam kajian adalah library research dengan mendeskripsikan dengan medalam dan juga disertai analisis kritis. Data dikumpulkan dari berbagai sumber. Hasil analisis menyimpulkan bahwa gerakan militan di Myanmar dan Sri Lanka dipelopori oleh bhikkhu berhaluan keras, yang tidak mencerminkan sikap kelompok bhikkhu mayoritas namun memiliki pengaruh terhadap sebagian umat Buddha. Gerakan militan bernuansa etno-religious menyebarkan hasutan anti agama lain, terutama terhadap Islam (Islamofobia), yang dianggap sebagai ancaman terhadap eksistensi etnis mayoritas, agama Buddha, dan juga negara yang melindungi agama Buddha. Dampaknya adalah terjadi konflik yang menimbulkan diskriminasi, persekusi, dan tindakan kekerasan terhadap etnis minoritas. Gerakan etno-religious yang berkembang di Myanmar dan Sri Lanka bukanlah murni konflik agama namun lebih jelas bermotif ekonomi dan politik dengan menggunakan isu agama sebagai legitimasi gerakan. Hal tersebut dapat dilihat dari latar belakang dan sejarah konflik pada masa lalu dan juga dari sikap dan tindakan pelopor gerakan yang pernah dihukum karena menghasut untuk memboikot bisnis muslim di negaranya. Agama dijadikan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan kepentingan kelompok. Namun dampaknya dapat kontraproduktif: bukannya akan menjaga agama Buddha tetapi dapat sebaliknya yaitu akan menurunkan citra agama Buddha sebagai agama yang mengajarkan anti kekerasan.
References
Ahmed, I., Ahmed, Z. S., Brasted, H., & Akbarzadeh, S. (2022). Religion, Extremism and Violence in South Asia. Springer Nature.
Aliff, S. M. (2015). Post-war conflict in Sri Lanka: violence against Sri Lankan Muslims and Buddhist hegemony. International Letters of Social and Humanistic Sciences, 59, 109–125.
Aspinall, E., Jeffrey, R., & Regan, A. J. (2013). Diminishing Conflicts in Asia and the Pacific: Why Some Subside and Others Don’t (Vol. 13). Routledge.
Dharmadasa, K. E. O., DharmadÄsa, K. E. ÅŒ., & Dharmadasa, K. N. O. (1992). Language, religion, and ethnic assertiveness: the growth of Sinhalese nationalism in Sri Lanka. University of Michigan Press.
Gunatilleke, G. (2018). The Chronic and the Entrenched: Ethno-Religious Violence in Sri Lanka. International Centre for Ethnic Studies/Equitas, Colombo.
Guruge, A. W. P. (1967). Anagarika Dharmapala.
Hapsari, R. D. (2016). Islamophobia dan Tindakan terhadap Minoritas Muslim oleh Pemerintah dan Kelompok 969 di Myanmar Tahun 2012-2016. Global and Policy Journal of International Relations, 4(02).
Hasugian, M. R. (2017). Wirathu, Biksu Antimuslim Myanmar Dilarang Kotbah Selama Setahun. Tempo.Co, Maret(11), 1. https://dunia.tempo.co/read/854961/wirathu-biksu-antimuslim-myanmar-dilarang-kotbah-selama-setahun
Herath, D. (2020). Constructing Buddhists in Sri Lanka and Myanmar: Imaginary of a historically victimised community. Asian Studies Review, 44(2), 315–334.
Holt, J. C. (2016). Buddhist Extremists and Muslim Minorities: Religious Conflict in Contemporary Sri Lanka. Oxford University Press.
Horner, I. B. (2007). The Book of Discipline (Vinaya Pitaka) Volume IV. Lancaster: The Pali Text Society. Joachim.
Jayawardena, K. (2009). Nobodies to somebodies: the rise of the colonial bourgeoisie in Sri Lanka. Colombo: Social Scientists’ Association.
Jerryson, M., & Juergensmeyer, M. (2010). Buddhist warfare. OUP USA.
Lehr, P., Lehr, P., & Roughley. (2019). Militant Buddhism. Springer.
Malji, A. (2022). Religious Nationalism in Contemporary South Asia. Cambridge University Press.
Mohajan, H. (2018). History of Rakhine State and the origin of the Rohingya Muslims.
Nanamoli, B., & Bodhi, B. (1995). The middle length discourses of the Buddha. A Translation of the Majjhima Nikaya, Wisdom Publication, Somerville, MA.
Nilasari, Y. U. (2013). Gerakan Perlawanan Para Biksu di Myanmar: Studi kasus Revolusi Saffron 2007. Universitas Gadjah Mada.
Raharjo, S. N. I. (2015). Peran identitas agama dalam konflik di Rakhine Myanmar tahun 2012–2013. Jurnal Kajian Wilayah, 6(1), 35–59.
Senart, E., Barua, B. M., & Mitra, S. (1921). Prakrit Dhammapada: Based Upon M. Senart’s Kharoṣthī Manuscript with Text, Translation & Notes. University of Calcutta.
Singh, B. (2014). ASEAN, Myanmar and the Rohingya issue. Himalayan and Central Asian Studies, 18(1/2), 5.
Surya, R. S. (2009). Aturan Moralitas Buddhis: Pengertian, Penjelasan, dan Penerapan. Insight Widyasena Production.
Tanumihardja, E., & dkk. (2016). Buku Kuliah Wajib Umum Pendidikan Agama Buddha. Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementeraian Rist, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Voyce, M. B. (1984). The communal discipline of the buddhist order of monks: The sanction of the Vinaya Pitaka. Am. J. Juris., 29, 123.
Walton, M. J. (2016). Buddhism, politics and political thought in Myanmar. Cambridge University Press.
Yusuf, I. (2018). Three faces of the Rohingya crisis: Religious nationalism, Asian Islamophobia, and delegitimizing citizenship. Studia Islamika, 25(3), 503–542.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).