Peran Perempuan dalam Tradisi Sunda Wiwitan
DOI:
https://doi.org/10.15575/kt.v1i1.7123Keywords:
Baduy, Gender, Kearifan LokalAbstract
Masyarakat suku Baduy sampai saat ini masih dianggap sebagai sebuah masyarakat yang primitif, tertinggal, tradisional, bahkan tidak beradab. Betulkah klaim semua itu layak disandang oleh mereka?. Menurut peneliti tentu tidak. Menurut pengamatan peneliti, masyarakat yang dianggap primitif tersebut ternyata memiliki keadaban yang sangat luar biasa. Salah satu diantaranya adalah terkait dengan makna saling bekerjasama dalam menjalani ritual keagamaan dalam tradisi Sunda Wiwitan Baduy. Mengamati model-model ritual keagamaan yang dilakukan suku Baduy sangatlah menarik. Banyak keunikan yang kita temui. Keunikan itu mulai terasa dari proses-proses yang dijalani. Keunikan itu penting untuk dipublikasikan sebagai khazanah keragaman budaya yang dimiliki Indonesia. Dengan penelitian etnografis ditemukan beberapa hal penting: Pertama, sampai saat ini, Orang Baduy masih menganggap tradisi yang mereka laksanakan adalah kewajiban yang bernilai sakral. Kedua, dalam kehidupan Orang Baduy, eksistensi perempuan dan laki-laki bukan untuk saling mendominasi, keduanya hidup untuk saling melengkapi. Ketiga, penghayatan makna ritual di atas, disebabkan oleh kepatuhannya dalam memegang peraturan adat. Masyarakat Baduy memahami bahwa aturan adat (pikukuh) merupakan warisan leluhur Baduy yang sakral dan harus dipatuhi sampai kapanpun. Kata Kunci: Baduy, Gender, Kearifan Lokal
References
Bruinessen, M. Van. (1992). Gerakan Sempalan di kalangan umat Islam Indonesia: Latar Belakang Sosial Budaya, Ulumul Qur’an. Jurnal Ilmu Dan Kebudayaan, 3(1). Burhani, A. N. (2012). Tiga Problem Dasar dalam Perlindungan Agama-Agama Minoritas di Indonesia. Jurnal Maarif Institute, 7(1). Cresswell John W. (2014). Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hakiki, M. (2013). Makna Tradisi Seba Orang Baduy. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati. Hidayat, K. (2011). Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik. Bandung: Mizan. Jacobs, J. (2012). Orang Baduy dari Banten, terj. Judistira K. Garna dan Salam
Zaenal Muttaqien 8
Khazanah Thelogia Vol.1 No.1 ; Hal.1 – 8 Website : http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/kt
Hardjadilaga. Bandung: Primaco Akademika & Judistira Garna Foundation. Koentjaraningrat. (1982). Masalah-Masalah Pembangunan. Jakarta: Bunga Rampai Antropologi Terapan. Jakarta: LP3ES. Nurmila, N. (2014). Pembagian Waris Perspektif Keadilan Gender, Diktat Perkuliahan Pendidikan Gender. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati. Piliang, Y. A. (2010). Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan Matinya Makna. Bandung: Matahari. Raden Cecep Eka Permana, D. (2011). Kearifan Lokal Tentang Mitigasi Bencana pada Masyarakat Baduy. Jurnal Makara, Sosial Humaniora, 15(1). Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kauntitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sujana, A. M. (2012). Perkembangan Masyarakat Muslim pada Suku Baduy Dangka Kampung Kompol (1984-2012). Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).