Analisis Semiotika tentang Penggambaran Orang Pedalaman pada Film Indonesia


Maria Rosalia(1), Nanang Krisdinanto(2*), Brigitta Revia Sandy Fiesta(3)

(1) Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Indonesia
(2) Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Indonesia
(3) Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Indonesia
(*) Corresponding Author

Abstract


This study was conducted to see the depiction of inland people who became minorities in Indonesian films. Since the 2000s, Indonesian films have tended to portray minorities as a group that still lags behind. This is seen from the two film categories selected in this study, namely educational and social-themed films. This study was conducted to see how inland people were described using Ferdinand de Saussure's semiotic method. As a knife of analysis will be used the concept of blackness developed by Ed Guerrero to see aspects of behavior, intelligence, and emotions of the minority groups depicted in the film. The films analyzed are Sokola Rimba and Lost in Papua. The results showed that Indonesian films with the theme of education and social always attached minorities with the impression of being stupid, primitive and backward. In the category of behavior (behavior), inland people tend to be displayed close to backwardness (primitive) or evil. While intelligent (intelligence), they are described as having low intelligence or stupid, and emotionally (emotionally) are described as people close to violence and unable to find a solution if a problem occurs. Such images can form prejudices in the minds of the public, which then crystallize into stereotypes that are considered true.

Kajian ini dilakukan untuk melihat penggambaran orang pedalaman yang menjadi kaum minoritas dalam Film-film Indonesia. Sejak tahun 2000-an, film-film Indonesia memiliki kecenderungan menggambarkan kaum minoritas sebagai kelompok yang masih tertinggal. Hal ini dilihat dari dua kategori film yang dipilih dalam penelitian ini, yakni film bertema pendidikan dan sosial. Kajian ini dilakukan untuk melihat bagaimana orang-orang pedalaman digambarkan dengan menggunakan metode semiotika milik Ferdinand de Saussure. Sebagai pisau analisis akan digunakan konsep blackness yang dikembangkan Ed Guerrero untuk melihat aspek perilaku, kecerdasan, dan emosi dari kelompok minoritas yang digambarkan dalam film. Film yang dianalisis adalah Sokola Rimba dan Lost in Papua. Hasil penelitian menunjukkan, film Indonesia yang bertema pendidikan dan sosial selalu melekatkan kaum minoritas dengan kesan bodoh, primitif dan terbelakang. Dalam kategori tingkah laku (behavior), orang-orang pedalaman cenderung ditampilkan dekat dengan keterbelakangan (primitif) atau jahat. Sementara secara intelligent (kecerdasan), mereka digambarkan memiliki kecerdasan rendah atau bodoh, dan secara emotional (emosi) digambarkan sebagai orang-orang dekat dengan kekerasan dan tidak mampu mencari penyelesaian jika terjadi persoalan. Gambaran-gambaran seperti ini bisa membentuk prasangka di benak khalayak, yang kemudian mengkristal menjadi stereotip yang dianggap benar.

Keywords


Film, inland people, behavior, intelligence, emotion

Full Text:

PDF

References


Christiani, L.C. (2017). Representasi Identitas Etnis Papua Dalam Serial Drama Remaja Diam-Diam Suka. Jurnal Komunikasi dan Kajian Media, 1(1), 15-30. http://jurnal.untidar.ac.id/index.php/komunikasi/issue/view/49/showToc

Guerrero, Ed. (1993). Framing Blackness: The African American Image in Film. Philadelphia: Temple University Press.

Islam, N. (2012). Representasi Etnisitas Dalam Bingkai Bhinneka Tuggal Ika Di Media (Studi Etnis Papua dalam Bingkai Bhinneka Tuggal Ika Pada Program TransTV “Keluarga Minus”). Jurnal Dakwah Tabligh, 13(2), 235-257. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tabligh/issue/view/43

Kaya, J.B. (2016). Representasi Homoseksual dalam Film The Imitation Game. Jurnal E-Komunikasi, 4(1), 1-12.

http://publication.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/issue/view/217

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kusuma, R.S., & Holihah, Z. (2018). Representasi Etnis Tionghoa dalam Film Ku Kejar Cinta Ke Negeri Cina dan Ngenest. MediaTor, 11(2), 165-176. DOI: https://doi.org/10.29313/mediator.v11i2.3832

Melati, K.R. (2014). Pendidikan sebagai Perekrut dalam Komunitas Terbayang: Analisa Wacana dalam Film Denias Senandung di Atas Awan. Journal of Urban Society‘s Arts, 1(2), 91-98.

Melissa, E. (2013). Representasi Warga Tionghoa dan Kecinaan dalam Media Kontemporer Indonesia. Jurnal Komunikasi Indonesia, 2(1), 15-22. DOI : https://doi/org/10.7454/jki.v2i1.7826

Mufid, M. (2009). Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Prenamedia Group

Olivia, F. (2011). Representasi Etnis Papua dalam Sitkom Keluarga Minus Trans TV. 1-12.

Rustandi, R. (2018). Analisis Wacana Kritis Komodifikasi Daí dalam Program Televisi. Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2), 197-222. DOI: 10.15575/cjik.v2i2.4949

Saleh, S. (2014). Agama Kepercayaan, Dan Kelestarian Lingkungan Studi Terhadap Gaya Hidup Orang Rimba Menjaga Lingkungan di Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD). Jambi, 4(3), 312-322. DOI: https://doi.org/10.22146/kawistara.6386

Sidik, H. (2016). Impresi Orang Rimba:“Melangun” Sebuah Komposisi Musik dalam Interpretasi Perjalanan Orang Rimba. Journal Puitika, 12(2), 122-134. http://jurnalpuitika.fib.unand.ac.id/index.php/jurnalpuitika/issue/view/8

Sobur, A. (2016). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Syarifin, A. (2014). Kuaso Betino Rimbo. Jurnal Ilmiah Kajian Gender, 4(2), 157-180. DOI: http://dx.doi.org/10.15548/jk.v4i2.97

Vera, N. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Wibowo, I.S.W. (2016). Representasi Kearifan Lokal dalam Film di Timur Matahari. Jurnal Multimedia Nusantara, 1063-1078.

Widjaja, A. (2016). Representasi Resistensi Rasisme. Film 12 Years a Slave.

Yusuf, I. (2005). Media: Kematian dan Identitas Budaya Minoritas. Yogyakarta: UII Preslarasatis.




DOI: https://doi.org/10.15575/cjik.v3i2.6541

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Maria Rosalia, Nanang Krisdinanto, Brigitta Revia Sandy Fiesta

Creative Commons License

Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stat View MyStat