KESANTUNAN DAN KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA MASYARAKAT SUNDA DALAM DIALOG PERCAKAPAN PADA ACARA KUNJUNGAN KELUARGA DI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT

Authors

  • Mahbub Hefdzil Akbar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung
  • Ice Sariyati Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

DOI:

https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v14i1.1794

Keywords:

kesantunan, ketidaksantunan, prinsip kerjasama, kata santun, loma atau kasar

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa yang diutarakan masyarakat Sunda dalam dialog percakapan pada beberapa acara kunjungan keluarga di Jawa Barat (Ciwidey, Cililin dan Cimahi) dengan menggunakan metode kualitatif dan teori dari Leech (1983), Grice (1986) dan yang lainnya.        

         Hasil penelitian menunjukan bahwa kesantunannya sesuai dengan prinsip kesantunan, 101 data, khususnya dengan maxim of approbation, dengan menggunakan bahasa hormat (52 data), loma atau akrab (41 data) dan keduanya (8 data). Selain itu, kesantunannya sejalan dengan prinsip kerja sama dalam percakapan, maxim of manner (51 data), tetapi ditemukan juga adanya beberapa pelanggaran prinsip tersebut, 50 data (quantity, manner dan relation). Sementara, hal yang membuat mereka santun berbahasa, diantaranya adalah tingkat kekerabatan dan rasa sayang.

        Di sisi lain, ketidaksantunannya melanggar prinsip kesantunan, 28 data, khususnya maxim of agreement, dengan menggunakan bahasa loma atau akrab (24 data) dan bahasa hormat (4 data). Selain itu, ketidaksantunannya melanggar prinsip kerja sama, maxim of manner (15 data), tetapi ditemukan juga beberapa yang sejalan dengan maxim of manner (9 data). Sementara, hal yang membuat mereka tidak santun berbahasa, diantaranya adalah tingkat kekerabatan, ketidaksepakatan serta senda gurau. 

          Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesantunannya dominan sejalan dengan approbation maxim, yang mana tidak selalu sejalan dengan prinsip kerja sama dan tidak selalu menggunakan bahasa hormat. Sementara, ketidaksantunannya dominan melanggar agreement maxim, dimana umumnya menggunakan bahasa loma atau akrab, yang seimbang antara melanggar dan sejalan dengan prinsip kerja sama dalam percakapan.

References

- Astuti, D. dan Rismawati, R. (1987). Adat istiadat: masyarakat Jawa Barat. PT.Sarana Pancakarya Nusa.

- Berkowitz, S. (1997). Analyzing qualitative data in Joy Frechtling and Laure Sharp (eds) (1997) User-Friendly Handbook for Mixed Method Evaluations. Arlington, Virginia 22230, USA: National Science Foundation. Chapter 4. Diunduh 19 July 2014 dari

http://toolkit.pellinstitute.org/evaluation-guide/analyze/analyze-qualitative-data/

- Cresswell, J. W. (2008, p.1). Educational research: Planing, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research. Third edition, Upper Saddle Creek, NJ: Pearson Education, Inc.

- Cutting, J. (2005:50). Pragmatics and Discourse: A Resource Book for Students. Routledge.

- Djiwandono, P. I. (2015). Meneliti itu Tidak Sulit: Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Deepublish.

- Grundy, P. (2008). Doing pragmatics. London: Hodder education.

- Gunarwan, A. (2007). Pragmatik: teori dan kajian Nusantara. Universitas Atma Jaya.

- Hatch, E. & Farhady, H. (1982). Research design and statistics for applied linguistics. Rowley, Mass. : Newbury House Publishers, Inc.

- Huang, Y. (2007). Pragmatics. Oxford: University Press.

- Levinson, S. C. (1983: 5-34). Pragmatics. Cambridge, England: Cambridge University.

- Martaulina, S. D. (2015:12). Bahasa Indonesia Terapan. Deepublish,

- Maryati, K. (2006). Sosiologi : - Jilid 3. ESIS.

- Mislikhah, S. (2014). Kesantunan berbahasa. Ar- Raniry: International Journal of Islamic Studies Vol. 1, No.2 Desember 2014.

- Moeliono, A. M. dkk. (1999). Telaah bahasa dan sastra. Yayasan Obor Indonesia.

- Muhsin Z, M. dkk. (2011). Kajian identifikasi permasalahan kebudayaan sunda masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Unpad kerjasama dengan kementrian keagamaan.

- Pranowo. (2009). Berbahasa secara santun. Pustaka Pelajar.

- Rachman, F. (2015). Budaya sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Diakses 18 juli 2016 dari http://dokumen.tips/documents/budaya-sunda-dikenal-dengan-budaya-yang-sangat-menjujung-tinggi-sopan-santun.html#

- Rahardi, R. K. (2005:59). Pragmatik: kesantunan imperatif bahasa Indonesia. Erlangga.

- Sariyan, A. (2007). Santun berbahasa. Dewan Bahasa dan Pustaka

- Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

- Supriyatin, Y. M. (2007). Kesantunan berbahasa dalam mengungkapkan perintah. Linguistik Indonesia. Tahun ke 25 nomor 1, Februari. Yayasan Obor Indonesia.

- Suryalaga, H. R. H. (2003). Tatakrama Sunda, peran dan manfaat tatakrama Sunda dalam masyarakat yang berubah dan majemuk. Diakses 18 Juli 2016 dari http://sundanet.com/article/content/197.

- Thomas, J. (1995: 51). Meaning in interaction. Longman Group Limited.

- Thomas, J. R., Nelson, J. K., &, Silverman, S. J. (2011). Research methods in physical activity, sixth edition. Human Kinetics.

- Wikipedia. (2011). Tatakrama bahasa Sunda. Diakses 17 Juli 2016 dari https://su.wikipedia.org/wiki/Tatakrama_basa_Sunda

- Wikipedia. (2016). Suku dan Bahasa Sunda. Retrieved September 25, 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sunda

Downloads

Published

2019-06-26