Kesetaraan Gender dalam Al-Qur’an Ditinjau dari Pemahaman Amina Wadud dan Ashgar Ali Engineer


Ai Syaripah(1*), Ibnu Muhammad Yamudin Salaeh(2)

(1) Pondok Modern al Aqsha Jatinangor, Indonesia
(2) Prince of Songkla University, Thailand
(*) Corresponding Author

Abstract


Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui makna simbol kesetaraan gender dalam Q.S An Nisa ayat 34 dan komparasi penafsirannya oleh tokoh feminis Amina Wadud dan Ashgar Ali Engineer dengan kajian Semiotika Roland Barthes. Kemudian untuk metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analisis. Adapun jenis penelitiannya adalah penelitian kualitatif dengan kajian semiotika Roland Barthes beserta studi komparasi antara tokoh feminis Amina Wadud dan Ashgar Ali Engineer. Hasil dari penelitian ini, ditemukan pokok bahasan bahwasannya simbol kesetaraan gender.dalam Q.S An Nisa ayat 34 adalah kata qawwaam yang dimaknai secara kontekstual oleh keduanya. Amina wadud pada kata qawwaam dalam memaknainya harus dengan konsep fungsional yang ditinjau dengan luas dalam lingkup masyarakat secara menyeluruh. Sedangkan Ashgar Ali Engineer penafsirannya makna kata qawwaam itu bukan dimaknai secara normatif melainkan pernyataan bahwa laki-laki adalah pemimpin dan dimaknai secara kontekstual bahwasannya laki-laki dan perempuan itu setara terhadap tanggung jawabnya dengan kewajiban dan haknya masing-masing dalam suatu keluarga dengan keunggulan keduanya dalam fungsi-fsungsi sosial bukan karena gender.

Keywords


perbedaan kelas; fungsi sosial; emansipasi perempuan; pandangan dunia; feminisme

Full Text:

PDF

References


Ahmad E.Q., N., & Sartika, E. (2020). Tafsir Feminisme terhadap Makiyyah dan Madaniyyah (M. T. Rahman & E. Zulaiha, Eds.). Bandung: Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Amina Wadud. (2001). Qur ’ an Menurut Perempuan: Meluruskan Bias Gender dalam Tradisi Tafsir, Terjemahan Abdullah Ali. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Arikunto. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Barthes, R. (2010). Membedah Mitos-Mitos Budaya Masa , Terj. Ikramullah Mahyuddin (III). Yogyakarta: Jalasutra.

Culler, J. (2002). Seri Pengantar Singkat Barthes, terj. Ruslani. Yogyakarta: Jendela.

Deddy Mulyana. (2013). Metode Peelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya.

Enggineer, A. A. (1994). Hak-hak Perempuan Dalam Islam, Terj. Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Fayumi. (2001). Keadilan dan Kesetaraan Gender Perspektif Islam. Jakarta: Tim Pemberdayaan Perempuan Bidang Agama Departemen Agama RI.

Fiske, J. (2014). Pegantar Ilmu Komunikasi (Ketiga). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hoed, B. H. (2011). Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya (p. 98). p. 98. Depok: Beji Timur.

Imran, A. (2011a). Semiotika al-Qur’an (1st ed.). Yogyakarta: Teras.

Imran, A. (2011b). Semiotika al-Quran: Metode dan Aplikasi terhadap Kisah Yusuf (p. 45.). p. 45. Yogyakarta: Teras.

Katsir, I. (2005). Tafsir al-Qur’an al-Adzim Jilid 1. Beirut: Dar al-Fikr.

Komariah, I. H. A. dan. (2018). Femiisme Indonesia dalam Lintas Sejarah. Pembangunan Sosial, 1:2, 140–153.

Kurniawan. (2001). Semiologi Roland Barthes. Magelang: Yayasan Indonesiatera.

Lorens, B. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.

Marzuki. (1998). Perempuan dalam Pandangan Feminis Muslim. JURNAL PKN DAN HUKUM, FISE-UNY.

Masturin. (2012). Peranan Perempuan dalam Masyarakat Islam di Era Post Modernisasi dalam Al-Tahrir.

Moleong.J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya.

Mozab, S. (2015). Marxism and Feminism. In Zed Books. London: Zed Books.

Mulyaden, A. (2021). Hanifiya : Jurnal Studi Agama-Agama Kajian Semiotika Roland Barthes terhadap Simbol Perempuan dalam Al- Qur ’ an.

Piliang, Y. A. (2003). , Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.

Pradopo, R. D. (1999). Semiotika: Teori, Metode, dan Peerapannya dalam Pemaknaan Sastra. Jurnal Humaniora, 2(11), 76.

Rahman, M. T. (2016). Rasionalitas Sebagai Basis Tafsir Tekstual (Kajian atas Pemikiran Muhammad Asad). Al-Bayan: Jurnal Studi AL-Quran Dan Tafsir, 1(1), 63–70. https://doi.org/https://doi.org/10.15575/al-bayan.v1i1.1668

Sobariah, S. (2020). Kisah Nabi Sulaiman dalam al-Qur’an Perspektif Roland Barthes”, (Vol. 2507). Jakarta: Uin Syarifhidayatullah.

Sobur, A. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Raja Grafindo Persada.

Sobur, A. (2012). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Aalisis Semiotika, da Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya.

Sobur, A. (2013). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya.

Somantri, G. R. (2005). Memahami Metode Kualitatif”. Makara Human Behavior Studies in Asia. https://doi.org/10.7454/mssh.v9i2. (Vol. 1).

Subhan, Z. (1999). Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir Qur’an. Yogyakarta: LKiS.

Sunardi, S. (2002). Semiotika Negativa. Yogyakarta: Kanal.

Syasi, M., & Ruhimat, I. (2020). Ashil dan Dakhil dalam Tafsir Bi al-Ma’tsur karya Imam al- Suyuthi (E. Zulaiha & M. T. Rahman, Eds.). Bandung: Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tafsir, M. (2018). Author Aldomi Putra. Ulunnuha, 2, 237.

Taufiq, W. (2016). Semiotika untuk Kajian Sastra dan al- Qur’an. Bandung: Yrama Widya.

Vera, N. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Wijaya, R. (2021). Makna Syifa dalam al-Qur’an (Analisis Semiotika Roland Barthes pada QS al-Isra 82). Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan, 16(2), 185–196. https://doi.org/10.37680/adabiya.v16i2.924

Zulaiha, E. (2016). Tafsir Feminis: Sejarah, Paradigma dan Standar Validitas Tafsir Feminis. Al-Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, 1(1), 17–26.




DOI: https://doi.org/10.15575/jis.v2i4.18974

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

JIS is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.>

 

Published by: Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung