LEGALITAS PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM MENURUT PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 30 TAHUN 2005


Abdul Hakim(1*)

(1) Pondok Pesantren Al-Mardiyatul Islamiyah, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Indonesia
(*) Corresponding Author

Abstract


Abstract

One of the legal requirements for marriage is the existence of marriage legal guardian (wali). If the legal guardian cannot act for certain reasons, the position of the guardian is transferred to a magistrate guardian (wali hakim). The magistrate guardian is discussed in various fuqaha jurisprudence and fiqh books. In Indonesia, these opinions were then uniformed through Minister of Religion Regulation Number 30 of 2005 concerning Magistrate Guardian. The applied method in this study is descriptive analysis, by describing the opinions of jurists in various fiqh books and their transformation to uniform provisions in the Minister of Religion Regulation Number 30 of 2005 concerning magistrate guardian. Sources based on the Islamic jurists’s opinions include Bidāyat al-Mujtahid wa Nihāyat al-Muqtashid, Fiqh al-Sunnah, Al-Muwatha, Fath al-Mu‘īn and Fath al-Wahab. This study shows that the most visible transformation is President as wilayah ammah, the general ruler of the country, and gives power to the Ministry of Religious Affairs to appoint the Head of Religious Affairs Distric Office to become a magistrate guardian in their respective region.

Keywords:  Marriage guardian, wali aqrab, magistrate guardian

Abstrak

Salah satu syarat sahnya perkawinan adalah adanya wali nikah. Apabila wali nikah tidak dapat bertindak atau karena sebab-sebab tertentu maka kedudukan wali nikah ber­pindah kepada wali hakim. Bertindaknya wali hakim sebagai wali nikah terdapat dalam berbagai pendapat fuqaha dalam kitab fiqh yang beragam. Di Indonesia pendapat tersebut kemudian diseragamkan melalui Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2005 tentang Wali Hakim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, dengan menggambarkan pendapat fuqaha dalam kitab fiqh yang beragam sehingga menjadi ketentuan yang seragam dalam Peraturan Menteri Agama tersebut. Sumber yang berdasarkan pendapat fuqaha dalam kitab fiqih diantaranya ialah Bidāyat al-Mujtahid wa Nihāyat al-Muqtashid, Fiqh al-Sunnah, Al-Muwatha, Fath al-Mu‘īn dan Fath al-Wahab. Penelitian ini menunjukkan bahwa transformasi paling kental adalah ketentuan mengenai presiden sebagai wilayah ammah yang memberikan kuasa kepada Menteri Agama untuk menunjuk kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan sebagai wali hakim di wilayahnya masing-masing.

Kata Kunci :  Wali nikah, wali aqrab, peraturan menteri agama, wali hakim

 


Full Text:

PDF

References


Abidin, Slamet. 1999. Fiqih Munakahat. Bandung: Pustaka Setia.

Al-Ghazali. 1988. Menyingkap Hakikat Perkawinan. Bandung: Karisma.

Alhamdani. 1989. Risalah Nikah. Jakarta : Pustaka Amani.

Amar, Imron Abu. T.th. Terjemahan Fathul Qarib. Yogyakarta: Menara Kudus.

Anonimus. 1991. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama.

Anshory, Abi Yahya Zakaria al. T.th. Fath al-Wahab. Dar al-Kitab al-Islami.

Ashbahy, Abi Abdillah Malik bin Anas al- (Riwayat Mohammad bin Hasan al Syaibany). Muwaththa al-Imam Malik. t.th. Bairut Libanon. Al-Maktabah al-Ilmiyah.

Arto, Mukti. 2011. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, cet. Ke-IX, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ayyub, Hasan. 2005. Panduan Keluarga Muslim. Jakarta: Cendekia Sentra Muslim.

Bisri, Cik Hasan. 2011. Model Penelitian Fiqh. (Jilid II). Disajikan dalam Acara Bedah Buku Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Departemen Agama (1993). Ensiklopedi Islam.

Departemen Agama (2004). Bahan Penyuluhan Hukum. Direktorat Pembinaan Peradilan Agama.

Doly, Peunoh. 1997. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Perkawinan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Hilman Hadikusuma (2007). Hukum Perkawinan Indonesia. Bandung: Mandar Maju.

Hoerudin, Ahrum. 1999. Pengadilan Agama. Bandung :Citra Aditya Bakti.

Ibnu Rusyd. 2010. Bidāyat al-Mujtahid wa Nihāyat al-Muqtashid. Mesir. Cetakan Kedua. Maktabat al-Shūrūq al-Dawlyāt.

_____________,2007. Bidāyat al-Mujtahid wa Nihāyat al-Muqtashid (Di-Indonesiakan oleh Imam Ghazali Said dan Ahmad Zaidun). (Jilid II). Jakarta: Cetakan Ketiga. Pustaka Amani.

Manan, Abdul. 2008. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Puluang, Suyuthi. 2002. Fiqh Siyasah. Jakarta: Grafika Persada.

Rasjid, Sulaiman. 1998. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Rofiq, Ahmad. 1995. Hukum Islam Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sabiq , Sayyid. 1981. Terjemahan Fikih Sunnah jilid 7. Bandung. Alma’arif.

Sabiq, Sayyid. 1991. Fiqh Sunah. Bairut Libanon. Dar al-Fikr.

Soenarjo. 1994. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Cendikia Sentra Muslim.

Syarifuddin, Amir. 2007. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Cetakan Kedua. Kencana.

Zainuddin Ali (2006). Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Zainuddin bin Abd al-Aziz al-Malibāri al-Fannāni. 2009. Fath al-Mu‘īn (Di-Indonesiakan oleh Moch Anwar, dkk). (Jilid II). Bandung: Cetakan Keempat. Sinar Baru Algensindo.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 1, tambahan Lembaran Negara Nomor 3019.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang unit organisasi dan tugas eselon I

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2005 tentang Wali Hakim.

Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah




DOI: https://doi.org/10.15575/as.v19i1.4000

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Asy-Syari'ah



Asy-Syari'ah is Indexed By:

 

Lisensi Creative Commons

This work is licensed under a Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

 

View My Stats