REINTERPRETASI KONSEP BID'AH DAN FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM MENURUT HASYIM ASYARI
DOI:
https://doi.org/10.15575/as.v19i1.4029Abstract
Abstract
The diversity of cultures and traditions in Indonesia gives rise to religious rituals (Islam) that synergize with Shari'a. It is very ironic if these deeds carried out by Muslims in Indonesia are accused as superstitious, bid'ah, and khurafat acts, since they are not in accordance with the Qur'an and Sunnah. This condition has caused a reaction from one of traditionalists namely Hasyim Asy'ari who was very concerned in preserving local traditions which were considered has Shari'a touch. This study uses descriptive analysis methods and is based on the idea that some rituals of Indonesian Muslims cannot be separated from culture and tradition. This is considered as something new or bid'ah. Hasyim Asy'ari argues that not all new things are deviant, because even though there is no valid argument, they may still rely on Shari'a. By understanding the meaning of bid'ah as well as the traditions, it is clear that Islam is present and develops in Indonesia through wisdom-based da'wah. That way, the author feels traditions such as tahlilan, group dhikr, istighatsah, prophet’s mawlid, and nisfu sya'ban must be preserved in the context of Islamic peaceful da'wah filled with wisdom in the nuances of Indonesian culture.
Keywords :Â Culture, tradition, bid'ah, Hasyim Asyari, Sharia
Abstrak
Keberagaman budaya dan tradisi di Indonesia memunculkan ritual keagamaan (Islam) yang bersinergi dengan syariat. Sangat ironis jika amaliyah yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia dituduh sebagai perbuatan tahayul, bid’ah, dan khurafat, karena dianggap tidak sesuai dengan al-Qur’an dan al-Sunnah. Hal ini menimbulkan reaksi dari kaum tradisionalis yaitu Hasyim Asy’ari yang sangat peduli dalam melestarikan tradisi-tradisi lokal yang dianggap telah bernafaskan syariat. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif penelitian serta didasarkan pada pemikiran bahwa amaliyah umat Islam Indonesia tidak lepas dari budaya dan tradisi. Hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang baru atau bid’ah. Hasyim Asy’ari berpendapat bahwa tidak semua hal yang baru itu berstatus sesat, karena meskipun tidak ada dalil yang sarih namun bisa jadi tetap bersandar pada syariat. Dengan memahami makna bid’ah sekaligus tradisi di atas jelas bahwa Islam hadir dan berkembang di Indonesia melalui dakwah yang bernuansa hikmah. Dengan begitu, penulis merasa tradisi-tradisi seperti tahlilan, dzikir bersama, istighatsah, maulid nabi dan nisfu sya’ban harus tetap dilestarikan dalam rangka dakwah Islam yang penuh dengan hikmah dalam nuansa budaya Indonesia.
Kata kunci : konsep bid'ah, Hasyim Asyari, hukum Islam
References
A. Sihabuddin. 2013. Membongkar Kejumudan: menjawab tuduhan-tuduhan salafi wahhabi, Jakarta : Noura Books..
Abas, Sirajudin. 2004. 40 Masalah Agama, Jilid I-IV. Jakarta : Pustaka Tarbiyah.
Abdusshomad, Muhyiddin. 2004. Fiqh Tradisionalis (jawaban berbagai persoalan keagaamaan sehari-hari), Malang : Pustaka Bayan.
Abdusshomad, Muhyiddin. 2006. Fiqh Tradisionalis (jawaban berbagai persoalan keagaamaan sehari-hari. Surabaya : Khalista.
Ali, Mahrus. 2008. Mantan Kiai NU Meluruskan Ritual-ritual Kiai Ahli Bid’ah yang Dianggap Sunnah. Jawa Tengah : Laa Tasyuk Press.
Al-Ghimari, Abdullah Muhammad. 2006. Itqan al-Shan’ah fi Tahqiq Ma’na Bid’ah. Beirut: ‘Alam al-Kutub.
Fatah, Abdul. 2006. Tradisi Orang-orang NU. Yogyakarta : LKIS,.
Hadisutrisno, Budiono. 2009. Islam kejawen, Yogyakarta : Eule Book.
Khaeruman, Badri. 2010. Persatuan Islam Sejarah Pembaruan Pemikiran (Kembali Kepada al-Qur’an dan al-Sunnah, Forum Alumni Pondok Persatuan Islam (FAPPI). Bandung.
Khuluq, Lathiful, 2000. Fajar Kebangunan Ulama : Biografi K.H. Hasyim Asyári. Yogyakarta : LKiS.
Ma’arif, Samsul. 2011. Mutiara-Mutiara Dakwah K.H Hasyim Asy’ari, Jakarta : Kanza Publishing.
Madjid, Nurcholis. 2008. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung : Mizan.
Muhibbin Zuhri, Achmad. 2010. Pemikiran K.H M. Hasyim Asy’ari Tentang Ahl AL-Sunnah Wa AL-Jamaah, Surabaya : Khalista.
Mustaqim, Abdul. 2000. Epistemologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta : LKIS Yogyakarta
Mutawalli Hammadah, Abbas. 1989. Sunnah Nabi Kedudukannya Dalam al-Qur’an, Bandung : Gema Risalah Press..
Muzadi, Muchid, 1994. NU dalam Perspektif Sejarah dan Ajaran: Refleksi 65 Tahun Ikut NU. Surabaya: Khalista.
Subhani, Ja’far. 2004. Kupas Tuntas Masalah Bid’ah. Jakarta : PT Lentera Basritama.
Sukardi, Heru. 1983. Kiayi Hasyim Asy’ari, Riwayat Hidup dan perjuangannya. Jakarta.
Sukarnawadi. 1996. Meluruskan Bid’ah. Surabaya : Dunia Ilmu Ofset..
Syaripudin, Dadang. 2003. Tradisi islam Nusantara: Dialektika Islam Dan Pluralitas Tradisi Nusantara, Bandung.
Tjandrasasmita, Uka. 1984. (Ed) Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta : PN Balai Pustaka
Yahya A. Muhaimin. 1992, “Budaya Politik dan Pembangunan Hukum Nasionalâ€, dalam Politik Pembangunan Hukum Nasional. Yogyakarta: UII Press.
Putry, Raihan, 2015. Kepemimpinan Perempuan dalam Persfektif Islam, Jurnal Mudarrisuna, Volume 4 Nomor 3, Desember 2015
Qaradhawi, Al-. 1997. Syari’áh al-Islá Shálihah li alTathbiq fi Kulli Zamán wa Makán, cet v, Kairo: Maktabah Wahbah.
Mujamil Qomar, Ragam Identitas Islam di Indonesia dari Persfektif Kawasan, Jurnal Episteme, Volume 10 No. 2 Desember 2015 hlm. 317-352
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
The author whose published manuscript approved the following provisions:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Attribution-ShareAlike 4.0 International (CC BY-SA 4.0) License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).