Penjaringan Cendawan Mikoriza Arbuskula Indigenous dari Lahan Penanaman Jagung dan Kacang Kedelai pada Gambut Kalimantan Barat


Nurmala Pangaribuan(1*)

(1) Universitas Padjadjaran, Indonesia
(*) Corresponding Author

Abstract


Ekosistem gambut memiliki jenis dan kepadatan CMA yang beragam. Tanaman yang dibudidayakan di lahan gambut memiliki sistem perakaran (rhizosfir) yang mengandung  berbagai jenis mikroorganisme CMA, dan dalam jumlah besar. Untuk mengetahui jenis dan  jumlahnya, perlu dilakukan studi potensi CMA indigenous pada ekosistem gambut. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan informasi yang tepat tentang potensi sumberdaya cendawan mikoriza arbuskular dari lokasi penanaman jagung dan kacang-kacangan pada lahan gambut desa Sidomulyo Rasau Jaya, kabupaten Kubu Raya dan dari Jawai di Kabupaten Sambas, Propinsi Kalimantan Barat. Kegiatan penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel tanah dari Rasau dan Jawai, yang kemudian diamati dengan mikroskop. Selanjutnya dilakukan (1) trapping spora mengunakan tanaman Jagung (Zea mays L.), (2) identifikasi jenis spora, identifikasi CMA menggunakan Manual for The Identification of Mychorhiza Fungi, (3) penghitungan jumlah spora dengan menggunakan Metode Saring Basah Pacioni dan teknik sentrifugasi dari Brunndret. Hasil percobaan menghasilkan jumlah spora Glomus sp. asal Rasau 227 spora per 50 g tanah, dan gambut asal Jawai 181,9 spora per 50 g tanah gambut Rasau dan Sambas dominan mengandung Glomus sp.

 

Peats ecosystem has different species and densities of Arbuscular Mycoriza Fungi (AMF). Plant Rhizosphere at peatland has various kinds of microorganisms, including AMF. For further use, study the potency of indigenous AMF is necessary. This research was conducted to study on the potency of indigenous AMF, from the where physic corn and nuts, grow on peatland of Rasau dan Jawai, Pontianak West Kalimantan. Soils samples were collected and then observed under microscope. The steps to study the potency of AMF were (1) spora trapping, (2) identifying the types of spore, and (3) counting of spora with Seive and Wet Techniques by Pacioni and Brunndret. The result showed that the number of spores AMF of Glomus sp from cultivated Rasau was 227 spores 50 g-1 soil and from of Jawai was 181,9 spores 50 g-1 soil  Indigenous AMF from the soil where physic corn and nut  grown at Rasau and Jawai  were dominated by Glomus sp.


Keywords


gambut; Glomus sp.; indigenous; kalimantan barat; trapping

Full Text:

PDF

References


Brundrett, MN., B. Bougher, T.G. Dell, dan N. Malayczuk. 1996. Working with Microrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. Australian Centre for International Agriculture Research Canberra.

Faiqoh. 2007. Metode Dasar bekerja dengan Mikoriza Arbuskula. Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Johansson, JF., R.P. Leslie, dan D.F. Roger. 2004. Microbial Interactions in The Mycorrhizosphere and Their Significance for Sustainable Agriculture. FEMS Microbiology Ecology 48 (2004) 1–13.

Kartika, E. 2000. Isolasi, Karakterisasi dan Pengujian Keefektivan Cendawan Mikoriza Arbuskular Terhadap Bibit Kelapa Sawit Pada Tanah Gambut Bekas Hutan. Jurnal Agronomi 10(2): 63-70.

Maftu’ah, E., M. Alwi, dan M. Willis. 2005. Potensi Makrofauna Tanah Sebagai Bioindikator Kualitas Tanah Gambut Bioscientiae Volume 2: 1. 2005, p. 1-14.

Puspitasari, D., K.I. Purwani, dan A. Muhibuddin. 2012. Eksplorasi Vesicular Arbuscular Mycorrhiza (VAM) Indigenous pada Lahan Jagung di Desa Torjun, Sampang Madura. Jurnal Sains Dan Seni ITS Surabaya 1 (2), September 2012.

Pacioni, G. 1992. Wet Sieving and Decanting Techniques for The Extraction of Spores of VA Mycorrhyzal Fungi. Methods in Microbiology. Academic Press Inc. San Diego 24: 317-322.

Sasli, I. dan A. Ruliansyah. 2012. Pemanfaatan Mikoriza Arbuskula Spesifik Lokasi untuk Efisiensi Pemupukan pada Tanaman Jagung di Lahan Gambut Tropis. Agrovigor 5 (2) September 2012.

Setiadi, Y. 2003. Arbuscular Mycorrhizal Inokulum Production. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003. Bandung. pp 10.

Simanungkalit, R. D. M. 2003. Teknologi Jamur Mikoriza Arbuskuler: Produksi Inokulan dan Pengawasan Mutunya. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003. pp 11.

Sundari, S., T. Nurhidayati, dan I. Trisnawati. 2012. Isolasi dan Identifikasi Mikoriza Indigenous dari Perakaran Tembakau Sawah (Nicotiana tabacum L.) di Area Persawahan Kabupaten Pamekasan Madura. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Twin, C. 2003. Pemanfaatan Mikoriza Dan Prospeknya. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan.16 September 2003. pp 15.

Yusnaini, S., A. Niswati, S. G. Nugroho, K. Muludi, dan A. Irawati. 1999. Pengaruh Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap Produksi Jagung yang Mengalami Kekeringan Sesaat pada Fase Vegetatif dan Generatif. Jurnal Tanah Tropika. No. 9:1-6.




DOI: https://doi.org/10.15575/81

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons Licence

Jurnal Agro (J. Agro: ISSN 2407-7933) by http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ja/index is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.